Anime Isekai 2023 Terbaru

Anime Isekai 2023 Terbaru

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

A while ago, a thought popped into my head: isekai is the mecha of the past decade and change.

The comparison is not perfect by any means, but what I see in isekai today is a position in Japanese pop culture that’s not so different from where giant robots were in the 1980s. Namely, they have their roots in power fantasies, rely heavily on visual and conceptual tropes around that power, and are pretty niche genres that are ubiquitous enough to be considered mainstream nevertheless. In other words, where giant robots were assumed to be part and parcel with anime as a whole, being transported or reincarnated to another (extremely game-like) world is now the de facto stereotype for many fans of anime.

Another important similarity is that derivative titles have had to find a place in their respective media landscapes, navigating the desire to be different enough to stand out while looking comfortably familiar enough to appeal to genre fans. Only, instead of it being God Mars and Armored Trooper VOTOMS, and Aura Battle Dunbine (itself an earlier incarnation of isekai) nudging the envelope, it’s The Hero is Overpowered But Overly Cautious, So I’m a Spider, So What?, and My Next Life as a Villainess. Also, of course, there’s Knights & Magic, the modern isekai that is also a mecha series and even starred in Super Robot Wars 30.

And like mecha, I expect isekai will have a downswing at some point, as people and cultures change. In that future, what I’m looking forward to is having people who are fans of isekai not so much as a way to live vicariously through these stories but in the sense of academic and anthropological fascination. Just as mecha fans like myself like to explore the history of giant robots, warts and all, I want to see enthusiasts looking at every obscure and major 2010s-2020s isekai title out of genuine curiosity over the genre as a whole.

As a final aside, I’ve been thinking about the legacy of Amuro Ray’s character and its influence on anime protagonists as an “otaku” before the term was even coined. Perhaps that’ll be for another post.

Stasiun TV Indonesia pada era tahun 1990 hingga 2003 masih rajin menayangkan anime. Dari berbagai trope misalnya mahou shoujo, mecha, dan action. Salah satu yang tidak luput adalah jenis Isekai. Inilah lima judul anime isekai yang pernah tayang di Indonesia.

Shurato Di dunia yang disebut Tenkukai, dewa Asura mengancam keseimbangan dan berusaha menguasai dunia tersebut. Prajurit Bumi didatangkan untuk membantu mengalahkan dewa Asura. Shurato Hidaka adalah salah satu yang didatangkan. Dia dianggap sebagai reinkarnasi dari raja yang sebelumnya menguasai Tenkukai.

Sekitar tahun 1993 sedang kekinian dengan Saint Seiya. Indosiar pun ikut menayangkan anime sejenis dengan para pria yang mengenakan baju zirah ajaib. Tapi yang tidak disadari banyak orang bahwa Shulato yang ditayangkan Indosiar tahun 1995 menggunakan trope isekai. Bila Saint Seiya menggunakan mitologi dewa dewi Yunani, maka Shurato menggunakan kisah mitologi Hindu-Buddha. Sayangnya seri ini tidak berhasil menumbangkan dominasi Saint Seiya. Tidak banyak yang mengingat dengan Shulato karena memang ceritanya tidak terlalu berkesan.

Fushigi Yuugi Diadaptasi dari manga shoujo karya Watase Yuu. Fushigi Yuugi menceritakan Miaka dan Yui yang ditarik ke dalam dunia Empat Dewa, sebuah buku misterius di perpustakaan nasional. Dunia yang mereka tuju pada dasarnya berdasarkan kisah mitologi Tiongkok. Miaka ditakdirkan untuk mengumpulkan tujuh prajurit Celestial penjaga Suzaku. Dia mendapatkan tugas ini untuk mendatangkan Suzaku yang bisa mengabulkan tiga keinginan.

Anime reverse harem ini pernah tayang di TPI sekitar tahun 2000. Iya TPI yang merupakan kepanjangan Televisi Pendidikan Indonesia saat itu dimiliki Tutut, putri Soeharto. Untuk sebuah anime yang tayang di TV cukup mengejutkan. Karena meski disiarkan sore hari ada beberapa adegan mandi yang bisa lolos gunting sensor. Meski adegan mandi di sebuah onsen tidak seheboh anime zaman sekarang, namun untuk saat itu sudah bisa menimbulkan rasa penasaran besar. Ini karena proporsi karakter Miaka lebih mendekati gadis remaja umumnya bila dibandingkan saat Shizuka (Doraemon) mandi. Menurut pembaca FP AMH Magz,  Elang HS menyatakan anime ini ditayangkan hingga tamat. Walau pemilihan jam tayangnya yang aneh saat sore hari membuat tidak banyak yang tahu seri ini pernah ada.

Magic Knight Rayearth Mengisahkan tiga siswi yang berwisata ke menara Tokyo. Tak disangka dalam sebuah rentetan kejadian mereka berpindah ke dunia yang disebut Cephiro. Mereka didatangkan untuk membantu mengalahkan Zagato. Menariknya anime ini awalnya seperti campuran petualangan fantasi dengan karakter mahou shoujo. Tetapi menjelang akhir mereka memiliki mecha dengan kekuatan sihir. Bisa bergabung menjadi Rayearth yang lebih kuat.

MKR adaptasi manga karya CLAMP ini pernah ditayangkan RCTI sekitar tahun 1995. Sayangnya entah kenapa seri ini pernah ganti hari penayangan tanpa pengumuman yang jelas. Membuat penonton kehilangan sejumlah episode. Bahkan rasanya mendadak berhenti sebelum mencapai akhir cerita karena pergantian jam tayang ini. Untungnya Elex menerbitkan komik MKR.

Inuyasha Higurashi Kagome tiba-tiba diserang siluman dari sumur di kuil keluarganya. Dia jatuh ke dalam sumur tersebut. Namun ajaibnya dia malah berpindah ke Sengoku Period. Di sini Kagome bertemu Inuyasha dan mengetahui tentang Shikon no Tama yang berada di dalam tubuhnya. Namun dalam sebuah pertempuran dengan siluman, bola ajaib ini tak sengaja dipecahkan Kagome dan tersebar di berbagai penjuru Jepang. Memaksanya untuk mengumpulkan kembali semua pecahan Shikon no Tama.

Anime ini pernah tayang di Indosiar sekitar tahun 2003. Inuyasha pada saat itu adalah salah satu seri yang kualitas visualnya paling memanjakan mata. Tapi sempat terputus dan berganti hari penayangan tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Saat itu Inuyasha cukup populer sampai tiga movie juga ditayangkan saat libur hari raya.

Secara teknis kisah Kagome tercebur ke dalam sumur awalnya terasa seperti lorong waktu. Namun ternyata Jepang saat era Sengoku lebih mendekati fantasi dengan banyaknya siluman yang berkeliaran. Dunia asal Kagome yang modern sudah tidak nampak siluman maupun kekuatan magis. Ditambah Kagome tidak pernah bertemu tokoh-tokoh bersejarah di negeri Jepang. Oleh karena itu seri ini mirip isekai dengan mekanisme lorong waktu. Menariknya Kagome bisa bolak-balik kapan saja. Meski akhirnya lebih sering membolos sekolah untuk membantu Inuyasha dkk mencari pecahan Shikon no Tama.

Digimon Adventure Tujuh anak terpilih yang masih duduk di bangku sekolah dasar tiba-tiba berpindah ke dunia digital setelah mendapat sebuah alat misterius. Alat itu disebut dengan Digivice. Di dunia baru ini masing-masing mendapat partner yang disebut Digimon, singkatan dari Digital Monster. Dengan bantuan Digivice, Digimon partner mereka bisa berevolusi menjadi lebih kuat. Mereka awalnya berusaha pulang kembali ke dunia asal. Namun tujuh anak terpilih ini mempelajari mereka didatangkan untuk mengalahkan Digimon jahat.

Inilah anime isekai terbesar sepanjang masa yang mewarnai sebagian besar masa kecil generasi 90an. Ditayangkan sekitar tahun 2000 di Indosiar. Pada saat itu awalnya seperti usaha copy paste dari seri Pokemon. Namun lambat laun saat episode bertambah makin terasa bahwa ceritanya jauh lebih dalam dibandingkan Ash Ketchup yang kesana kemari tapi masih tidak menang turnamen.

Seberapa populer seri ini? Sangat populer hingga semua sekuelnya ditayangkan Indosiar hingga Digimon Savers menurut pembaca FP AMH Magz, Muammar GN. Bahkan movie dari Digimon Adventure juga sempat tayang. Meski sayangnya jam dan hari penayangan tidak banyak di iklankan sehingga tak banyak yang tahu bahwa movie pertama dan kedua pernah disiarkan Indosiar.

Lagu pembuka Digimon Adventure berjudul Butterfly yang dinyanyikan mendiang Wada Kouji juga memiliki irama yang mudah diingat. Saat itu tentu saja dinyanyikan dengan dubbing bahasa Indonesia. Untung translasi liriknya dirasa pas dengan versi bahasa Jepang.

Digimon saat ini pun masih populer setidaknya dalam bentuk game. Namun target pasarnya tampak masih berusaha mengincar penonton generasi pertama.

Note semua tahun penayangan di sini “sekitaran” karena penulis sendiri tidak begitu ingat tahun pastinya.